SUMEDANG KOTA TAHU DENGAN KEINDAHAN YANG MEMPESONA


Sekitar dua bulan yang lalu saya punya keinginan untuk traveling ke daerah yang terkenal akan kuliner tahu nya, Sumedang, bukan tanpa alasan saya menjatuhkan destinasi jalan saya ke kota itu, karena di timeline instagram saya Sumedang sepertinya sedang sering dibicarakan, baik di akunnya pesohor nomor satu Jawa Barat Bapak Ridwan Kamil dan juga akun-akun sahabat kuliah saya ketika bersekolah di salah satu sekolah kedinasan yang ada di daerah tersebut. 

Tertariknya saya akan kota tersebut adalah tidak lain dan tidak bukan karena ada sebuah landmark baru yang memang sudah dibuat lama oleh Pemerintah yaitu Bendungan Jatigede, dari dibangunnya bendungan tersebut ternyata membawa semangat baru bagi masyarakat atau stake holder wisata disana untuk membuat destinasi wisata berbasis bendungan tersebut, alamnya yang indah serta bendungan nya yang luas membuat disetiap sisi bendungan cocok untuk dijadikan destinasi wisata, kurang lebih itu sih yang saya saksikan di sosial media, daya tarik bendungan kedua terbesar di Indonesia ini sepertinya selalu terngiang-ngiang di kepala saya meminta saya buat menginjakan kaki kesana, bahkan saya sempat berkomunikasi dengan sahabat saya yang juga pegawai di salah satu kantor pemda disana untuk meminta saran dititik yang mana di Bendungan Jatigede yang harus saya kunjungi untuk mendapatkan pemandangan yang sempurna, Tanjung Duriat dan Masjid Alkamil sepertinya jadi salah satu destinasi favorit yang wajib dikunjungi kala kita di Jatigede, berbekal informasi itu sebuah ittenarary pun disusun dan seperti biasa untuk memuaskan hobby fotografi saya beberapa tempat pun saya selipkan untuk sekedar berkunjung dan mengambil fotonya, sambil juga mencari tahu beberapa cerita menarik di tempat tersebut, dan akhirnya perjalanan pun dilakukan, tiga hari dua malam sepertinya cukup untuk memuaskan rasa penasaran saya akan tempat tersebut, setelah packing barang dan motor disiapkan akhirnya berangkatlah saya sendiri dari Kota Serang menuju Kota Tahu yang menurut Gps sih akan memakan waktu sekitar sepuluh jam lebih perjalanan ditambah untuk berhenti mengambil foto dan istirahat ya sekitar sebelas jam lah. 


PEMANDANGAN KAWAH GUNUNG GEDE

Perjalanan yang saya mulai pukul dua dinihari membuat saya sudah tiba di Puncak Bogor-Cipanas sekitar pukul tujuh pagi, lumayan cepat karena memang jalanan yang lengang dan ini hari kerja jadi gak begitu ramai. 

Pukul tujuh pagi di sekitar Puncak saya di seguhkan pemandangan yang belum pernah saya lihat, puncak Gunung Salak dan Kawah Gunung Gede terlihat sangat jelas, bersih tidak tertutup awan dan kabut serta indah, "keberuntungan memihak kepada saya nih kali ini" seketika terbersit dari hati saya, Kawah Gunung Gede sih yang membuat saya terpana, sebegitu jelasnya, sampai sepanjang perjalanan kita selalu ditemani dengan Gunung Gede yang lagi cantik-cantinya, rugi sepertinya kalau saya gak mengambil gambarnya, karena pemandangan langka ini mungkin gak akan terulang kedua kalinya, secara saya jarang sekali melewati jalur ini dan juga biasanya kawasan Puncak lebih sering tertutup kabut dan mengaburkan pemandangan disekitarnya. 

Menyaksikan Gunung Gede memang bukan hal yang baru buat saya, karena memang kurang lebih beberapa Tahun yang lalu saya bersama sahabat pernah mendakinya dan summit sampai ke kawahnya, mungkin itu juga yang membuat pemandangan kali ini spesial karena teringat pengalaman menyenangkan beberapa waktu yang lalu. 

Saya hitung sekitar tiga titik saya mencoba untuk mengambil gambar Kawah Gunung Gede sampai saya mendapat titik terbaik untuk mengabadikannya, "hal-hal menarik ini jangan pernah dilewatin buat ambil fotonya", setelah foto kawah menganga dengan kepulan asap tipis saya abadikan, akhirnya saya lanjutkan perjalanan menuju titik kedua di daerah Sumedang yang juga ingin saya dokumentasikan. 

Kawah Gunung gede

JEMBATAN CINCIN JATINANGOR

Tempat kedua yang ingin saya kunjungi dan mengambil fotonya adalah Jembatan Cincin Jatinangor, Jatinangor buat saya bukan tempat yang baru, mengingat saya pernah bersekolah disalah satu sekolah kedinasan disana, tapi untuk urusan Jembatan Cincin ini fix saya belum pernah mengunjunginya, jadi ketika saya tahu disini ada jembatan legendaris sudah pasti ini jadi tempat wajib dikunjungi ketika berkunjung kesini. 

Jembatan yang berbetuk cincin seperti namanya ini dibangun sekitar Tahun 1918 oleh Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf, sebuah perusahaan kereta api Belanda untuk kepentingan jalur kereta api, pembangunan jembatan ini digunakan untuk kepentingan mengangkut hasil alam dan masyarakat dari Rancaekek-Tanjungsari atau sebaliknya. 

Jembatan ini terletak di sudut Desa Cikuda di Kecamatan Jatinangor, terselip diantara bangunan apartemen dan perumahan penduduk, jembatan yang sekarang sudah tidak digunakan lagi untuk kereta api ini beralih fungsi menjadi jembatan penyeberangan orang atau motor oleh penduduk sekitar, jembatan ini terlihat masih kokoh dengan dihiasi sawah hijau yang berundak dan latar belakang Gunung Manglayang, walaupun di sudut lain terlihat pemandangan apartemen yang kurang menyenangkan tapi jembatan ini masih terlihat baik dan eksentrik, sayang tempat ini belum dijadikan cagar budaya oleh pemerintah setempat, tapi berada di bangunan penuh sejarah ini patut dijadikan sebuah pengalaman menarik dalam hidup dan foto-fotonya layak untuk diambil dan disimpan untuk koleksi. 

Jembatan Cincin Jatinangor 

CADAS PANGERAN 

Beberapa kilo dari Jatinangor saya melintasi satu lagi landmark legendaris dari Sumedang, Cadas Pangeran, Cadas Pengeran merupakan jalur jalan yang dahulu dibangun oleh Gubernur Jenderan Hindia Belanda yang terkenal akan kekejamannya Herman Willem Daendels sekitar Tahun 1808 sebagai sarana ambisinya membangun jalan Anyar sampai Panarukan. 

Medan yang berat karena didominasi batuan cadas membuat ribuan saudara kita para pekerja rodi wafat, adalah Pangeran Kornel Bupati Sumedang marah akan tindakan Belanda tersebut dalam memperlakukan para pekerjanya maka Pangeran Kornel kemudian bertemu dengan Daendels untuk menyampaikan ketidaksukaannya akan perilaku Belanda, ketidaksukaan nya ditunjukan dengan perilaku Pangeran Kornel saat menjabat tangan Daendels menggunakan tangan kirinya dan tangan kanan bersiap menghunus keris dipinggangnya berencana menyerang Daendels, hal tersebut dilakukan sang pangeran untuk menunjukan kepada masyakatnya bahwa kita jangan pernah gentar kepada penjajah dan siap untuk melawan jika mereka memperlakukan bangsa kita dengan semena-mena. 

Peristiwa itu sekarang diabadikan pada sebuah patung di awal jalur Cadas Pangeran, dan sekarang di jalur ini menjadi destinasi wisata sejarah untuk mengenang keberanian Pangeran dan masyarakat Sumedang dalam menghadapi penjajah Belanda. 

Cadas Pangeran 


BENDUNGAN WADUK JATIGEDE 

Setelah sampai Sumedang dan menginap semalam, waktunya saya melakukan perjalanan untuk melihat bagaimana indahnya Sang Waduk Jatigede, dan beberapa titik yang akan saya datangi dan abadikan fotonya adalah Bendungan Jatigede, Tanjung Duriat, Masjid Al-Kamil dan Lingkar Timur Waduk Jatigede. 

Waduk Jatigede merupakan waduk terbesar kedua di Indonesia setelah Waduk Jatiluhur di Purwakarta, pembangunan waduk ini memakan waktu yang sangat panjang, mulai direncanakan pada masa Hindia Belanda dan mulai beroperasi sekitar Tahun 2017, waduk ini memiliki kapasitas tampung sebanyak 979,5 juta meter kubik air dan dalam pembangunannya menenggelamkan sekitar 28 desa. 

Waduk ini difungsikan untuk pembangkit tenaga listrik pengairan pertanian dan juga pariwisata, kontur yang unik seperti adanya perbukitan membuat tampilan waduk ini menjadi makin menarik, seperti pulau ditengah-tengah laut itu kesan pertama saya ketika melihat waduk ini, jadi tepat rasanya waduk ini dijadikan destinasi wisata, karena menyajikan landscape indah dan suasana yang syahdu tiada tara. 

Sebagai oleh-oleh saya mengambil foto bendungan untuk mewakili waduk ini, bendungannya sendiri bisa kita lihat di pinggir jalan umum yang mengitari waduk, dati titik saya berdiri tinggi bendungannya mungkin sekitar seratus meteran, bandungannya memiliki tampilan yang menarik, ada air yang keluar deras dari bendungannya, membuat tampilannya seperti air terjun, karena memiliki tinggi yang lumayan jatuhan air menghasilkan cipratan yang luar biasa, embunnya sampai beterbangan sekitar lebih dari tigaratus meter, dan yang membuat tampilannya makin cantik adalah adanya siluet pelangi di jatuhan airnya, mungkin ini efek bias cahaya matahari ketika bertemu dengan semburan air, begitu indah dan unik. 

Bendungan Waduk Jatigede 

TANJUNG DURIAT 

Feel the Best View of Jatigede itu kalimat yang saya lihat ketika memasuki gerbang destinasi wisata ini, destinasi wisata yang menyuguhkan pemandangan menarik Jatigede ini memang berbentuk Tanjung, buat yang belum tahu, tanjung itu adalah sebuah daratan yang menjorok ke laut atau dalah hal ini danau waduk. Seperti tagline nya, Tanjung Duriat memang benar-benar menyuguhkan pemandangan terbaik Jatigede, pemandangan waduk terlihat luas dan dramatis dari sini, pulau ditengah waduk sampai background gunung dan perbukitan bisa kita nikmati dari tempat ini. Angin yang berhembus lembut dan menyejukkan tubuh menjadi nilai tambah di tempat ini, disaat saya berkunjung kesini ternyata kondisinya sepi pengunjung dan pas kalau dijadikan tempat healing buat kalian semua. 

Selain pemandangan Jatigede yang menarik bisa kita saksikan ditempat ini, disini pula disediakan fasilitas penunjang wisata yang cukup lengkap, mulai dari toilet, jalan yang baik, spot selfie, saung-saung wisata dan beberapa tempat duduk disediakan untuk sekedar bersantai menikmati Jatigede, tetapi yang menjadi spot utama disini adalah adanya landmark tulisan Bendungan Jatigede yang sangat besar sebagai penanda tempat ini, landmark ini seperti konklusi dari perjalanan di Tanjung Duriat karena letaknya paling akhir dari destinasi ini. 

Tanjung Duriat


LINGKAR TIMUR WADUK JATIGEDE 

Setelah dari Tanjung Duriat saya lanjutkan perjalanan menuju Masjid Al-Kamil Jatigede, tetapi sebelum sampai di tempat tujuan, diperjalanan saya terpana dengan keindahan Lingkar Timur Waduk Jatigede, pemandangan waduk yang terlihat berbeda dari titik ini, danau dengan latar belakan bukit berbaris dengan garis pertemuan air dan daratan tersaji indah meliuk-liuk, disamping pemandangan indah yang berbeda yang bisa kita nikmati, disini juga dibangun landmark tulisan Lingkar Timur Waduk Jatigede yang sepertinya dipersiapkan untuk pelengkap kita dalam berfoto, walaupun saya sedikit dibuat kecewa dengan banyaknya vandalisme di landmark tersebut, vandalisme yang dibuat alih-alih memperindah malah membuat rusak dan kurang sedap dipandang, semoga ada perbaikan kedepannya dan kesadaran dari para pendatang untuk tidak merusak fasilitas umum yang sudah dibuat terutama fasilitas tersebut dibuat untuk penunjang sektor pariwisata. 

Lingkar Timur jatigede 

MASJID AL-KAMIL 

Puncak perjalanan saya di Waduk Jatigede ya tempat ini, Masjid Al-Kamil, Masjid yang sempat viral karena dipopulerkan dan di arsiteki oleh Gubernur Jawa Barat ini sebenarnya belum selesai dibangun, walaupun belum selesai dibangun tidak menyurutkan keinginan masyarakat untuk mendatangi tempat ini. Masjid yang terletak di dataran tinggi disisi Waduk Jatigede ini memang tidak pernah lagi diragukan keindahannya, pemandangan waduk jadi daya tarik utama selain bentuk masjidnya sendiri yang unik "teratai yang sedang mekar" mungkin itu yang tergambar dari bangunan ini, rencananya ada dua lanmark yang akan dibangun disini, disamping Masjid nya akan ada landmark khas Jawa Barat yaitu menara  Kujang, yang diharapkan kehadiran destinasi ini membawa dampak ekonomi positif untuk masyarakat sekitar mungkin ini untuk kompensasi atas pemindahan permukiman penduduk dalam pembangunan Waduk Jatigede ini. 

Saya yakin kalau nanti sudah selesai tempat ini punya daya tarik luar biasa pada sektor pariwisata terutama di destinasi Waduk Jatigede, dan semoga dari banyaknya destinasi wisata di daerah ini benar-benar bisa membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat. 

Masjid Alkamil

ALUN-ALUN SUMEDANG 

Setelah menjelajahi beberapa titik menarik di Waduk Jatigede dan mengambil beberapa foto untuk dijadikan koleksi dan bahan promosi, kayanya kurang pas kalau saya tidak mampir di ikon tiap daerah di dunia yaitu alun-alunnya, saya pikir penataan kota yang baik bisa terlihat dari sajian alun-alunnya, dan biasanya ciri khas dari sebuat daerah pasti ditampilkan di alun-alunnya, karena alasan itu saya tidak pernah melupakan kunjungan ke suatu daerah tanpa singgah di alun-alun daerah tersebut. 

Begitu pula dengan Sumedang ini, alun-alun Sumedang ternyata memiliki tampilan yang sangat indah, bersih, terbuka dan tematik, sepertinya penataanya benar-benar diperhatikan dan dilengkapi landmark khas dari kota ini. Alun-alun yang baru di rehabilitasi ini tmemiliki pola tata ruang khas daerah di Indonesia yaitu alun-alun yang dikelilingi Masjid, Gedung Pemerintahan dan lembaga pemasyarakatan. Alun-alun yang penataannya dibantu oleh Gubernur Jawa Barat ini penuh filosofi dan dibagi menjadi beberapa sektor, sektor taman, permainan anak-anak dan sejarah, di sekeliling alun-alun diberikan batu alam yang sudah dipahat dengan berbagai nasihat atau quotes dalam kehidupan, nasihat tersebut ditulis menggunakan abjad arabik dan juga aksara Sunda Kuno, pada posisi tengah ada landmark bersejarah lain yang bisa kita lihat yaitu ada sebuah bangunan yang disebut Lingga. 

Lingga ini merupakan monumen yang dibuat Tahun 1922 oleh Pangeran Siching dari Belanda yang dibangun untuk mengenang Pangeran Aria Suriaatmaja, Bupati Sumedang yang berjasa untuk masyarakat Sumedang dalam memajukan dan mensejahterakan rakyat, saking berharganya bangunan unik ini, pemerintah setempat sampai menjadikan monumen ini menjadi lambang Sumedang sejak Tahun 1959, sampai sekarang monumen sakral ini tetap dijaga bahkan ada larangan kita untuk menginjak bangunan ini, setidaknya itu yang tertulis di sisi bangunan ini, benar-benar alun-alun yang menarik dan patut dikunjungi ketika kita mampir ke Kota ini selain mencicipi tahu nya yang memang sudah kesohor. 

Lingga 

Tiga hari sepertinya masih kurang untuk menjelajahi Sumedang, karena Sumedang juga memiliki destinasi lain yang juga gak kalah menarik, seperti Tahura, air terjun dan beberapa desa wisata lain yang siap memanjakan para traveler, tapi walaupun singkat perjalanan kali ini benar-benar berkesan, dan semoga diwaktu lain saya bisa berkunjung kembali ke daerah ini mampir ketempat yang memang belum sempat dikunjungi.     








  

Komentar

Postingan Populer