EXPLORE TASIKMALAYA (Sebuah Cerita Perjalanan) Part 2

Hallo lagi sobat semua, ketemu lagi di lanjutan blog dari Explore Tasikmalaya, nah buat sobat yang belum baca Explore Tasikmalaya part 1 silakan singgah dulu di tulisan pada blog sebelumnya dan silakan buat simak cerita di part 1 ya..klo udah silakan dilanjut buat baca yang ini, part dua ini bercerita hari kedua dan hari terakhir kunjungan saya ke Tasikmalaya ya Sob. 

Di hari kedua liburan saya di daerah Tasikmalaya, dimulai dengan menentukan lokasi yang akan dikunjungi selanjutnya, sebenarnya buat hari kedua ini karena bertepatan dengan Hari Jumat maka destinasi yang bakal dikunjungi yang deket-deket aja dari Kota Tasik seperti Situ Gede dan Jembatan Cirahong yang terkenal dengan keunikan dua fungsinya, tapi ketika pagi menjelang semua rencana untuk mengunjungi destinasi itu diubah karena sayang banget kalau udah jauh-jauh dateng ke Tasik gak ngunjungin banyaknya curug atau air terjun yang outstanding, itu katanya sobat saya Aried, akhirnya destinasi kami tentukan untuk mengunjungi Curug Ciparay yang jaraknya sekitar satu jam perjalanan dari Kota Tasikmalaya, gak ada rasa kecewa dihati saya karena memang Curug Ciparay merupakan salah satu alasan saya jalan dan liburan di Tasikmalaya, karena sebelum berangkat pun saya sudah terpesona dengan keindahan curug ini, begitu yang saya lihat dibeberapa foto Instagram. Kali ini untuk meramaikan suasana yang sebelumnya hanya bertiga, Arid mengajak satu lagi saudaranya yaitu Riki, jadilah kami berempat saya, Arid, Faisal dan Riki menyusuri jalanan Tasikmalaya menuju Curug Ciparay. 

Jalanan yang beraspal segera berganti dengan jalan berbatu ketika kita sudah memasuki wilayah perdesaan, jalan tanah dan berbatu dengan kejam sudah menyambut kami, konturnya sendiri tanjakan dan turunan, lumayan berat tapi cukup santai karena kami dihibur pemandangan indah disepanjang jalan, untungnya kami menggunakan motor kesini, kalau saja kami menggunakan kendaraan roda empat entah apa yang akan terjadi. Jalanan berbatu ditempuh dengan jarak yang tidak terlalu panjang dan segera kami berjumpa dengan pintu gerbang Curug ini, kami disambut dengan penjaga tiket yang sekaligus jagawana disini, karena memang tempat ini masih dalam wilayah hutan Gunung Galunggung. Harga tiket yang tidak begitu mahal kami telah tebus, dibeberapa tempat sudah berdiri pula warung-warung makan dan cemilan yang merupakan milik masyarakat sekitar, cukup sejuk dengan dominasi pohon-pohon pinus dan tanaman hutan hujan yang cukup rapat. 

Pandangan kami langsung tertuju pada pemandangan indah yang luar biasa, pemandangan indah itu terdiri dari puncak Gunung Galunggung dengan dihiasi tiga buah curug yang tampak disela-sela pepohonan, wah bener-bener outstanding memang, gak akan pernah saya sesali kunjungan ketempat ini. Curugnya sendiri berada di bawah sehingga jalur menurun sudah menyambut kami dengan ramah (iya kan soalnya turun, coba nanti kalau pulangnya, gak kebayang) jalurnya sendiri didominasi tanah dengan jalan setapak yang diberi beberapa undakan, saran saya kalau kesini jangan pernah pake sendal jepit atau high heels ya, pakailah sandal gunung atau sepatu gunung karena memang jalanannya sendiri agak licin terutama setelah hujan. Selama diperjalanan turun kami juga dihibur dengan suara air terjun yang bergemuruh dan seketika itu kekaguman kami makin menjadi-jadi setelah penampakan air terjun yang indah dengan dua buah jatuhan mengalir deras menuruni tebing-tebing bebatuan, wah...memang luar biasa tempat ini, pedahal ini belum sampai bawahnya lho..tapi udah disajikan pemandangan seindah ini, tak lupa kami sempatkan pula untuk berfoto selfie bersama. 

 

Kekaguman yang tiada henti dilanjut dengan mengeluarkan drone untuk mengambil gambar aerial yang cantik, setelah cukup tinggi ternyata saya penasaran untuk mengambil gambar lebih banyak lagi dengan ketinggian yang saya tambah sedikit demi sedikit dan...akhirnya drone sayapun fly away entah kemana setelah sebelumnya hilang koneksi dengan remote controlnya, waduh gawat sambil saya mencari-cari dan akhirnya tidak pernah ketemu, mungkin sudah waktunya kali drone saya hilang dan jatuh entah dimana, ternyata di Tanah Tasiklah drone saya akhirnya menyerah, setelah lebih dari dua tahun bersama saya keliling ke beberapa tempat di Indonesia dengan mengambil gambar menarik dibeberapa sudut dan posisi yang sulit, ya sudahlah mungkin waktunya saya menabung lagi untuk beli yang baru gak perlu disesali karena saya percaya apa yang terbang maka akan jatuh juga, lagian ngapain sedih-sedihan di tempat ini toh suguhan cantiknya curug masih bisa saya nikmati dengan sukacita. Akhirnya kamipun melanjutkan perjalanan sampai dibawah air terjunnya. 



 

Curug Ciparay merupakan salah satu keindahan yang tiada tara dari tanah Tasik, curugnya sendiri lumayan tinggi mungkin sekitar tiga puluh meter dengan air yang deras dan disekelilingnya masih tertata alami, ada dua buah air terjun ditempat ini dan dua-duanya memiliki ketinggian yang mirip serta kedua-duanya memiliki arus yang kuat. Buat sobat yang memang niat buat ngambil gambar selfie ditempat ini memang jadi sulit banget karena sebentar saja kamera pasti sudah basah terkena cipratan airnya, tips dari saya kalau memang berfoto ditempat ini jadi cita-cita sejak dari rumah maka bawa saja kantong plastik atau jas hujan untuk menutupi kamera sobat semua, sehingga kamera nya gak akan basah kena semburan airnya. Bicara soal kualitas airnya curug ini memiliki air yang sangat jernih dan sejuk, bahkan saya menyempatkan untuk mengambil airnya untuk saya minum dan memang segar sekali rasanya. Dikelilingi curug seindah ini bikin kami gak buru-buru beranjak dari tempat ini walaupun ngobrol saja agak sulit karena tertutup dengan suara derasnya air, tapi sekali lagi datang ketempat ini dengan kehilangan drone bukan merupakan sebuah penyesalan yang berarti karena bisa melihat ciptaan Tuhan yang luar biasa menurut saya adalah hal yang paling mahal daripada drone yang hilang. 

Keindahan Curug Ciparay masih terngiang-ngiang di pikiran saya bahkan ketika saya sudah sampai dirumah, sudah pasti tempat ini akan saya kunjungi lagi ketika saya berkunjung kembali ke Tasikmalaya dan semoga tahun depan saya dapat kembali lagi dan pasti saya akan terbangkan kembali drone ditempat ini. 

 

Karena memang ini hari Jumat rupanya hanya satu destinasi yang dapat kami kunjungi, dan akhirnya setelah ibadah dan makan siang di tempat Bakso Firman Bakso yang paling hits se-Kota Tasik serta ditutup dengan dessert es duren alpukat yang sungguh nikmat akhirnya kamipun pulang dan beristirahat terutama saya yang memang akan kembali kerumah keesokan harinya. 


Memang sudah menjadi kebiasaan saya ketika traveling di kota-kota Indonesia gak lengkap kayanya kalau saya tidak mengunjungi bangunan rumah ibadah dan alun-alun kotanya, karena menurut saya bangunan rumah ibadah dan alun-alun juga merupakan destinasi wisata dan biasanya tempat-tempat itu menyimpan beberapa sejarah menarik dikala pembangunannya. Setelah istirahat cukup akhirnya sayapun melangkahkan kaki menuju destinasi wisata kota pertama yaitu Alun-Alun Kota Tasikmalaya. 

Alun-alun Kota Tasikmalaya menurut saya agak berbeda dengan alun-alun kota-kota di Indonesia pada umumnya, biasanya alun-alun itu terdiri dari lapangan yang sangat luas yang biasanya beralaskan rumput atau rumput sintetis seperti yang ada di Kota Bandung atau Cianjur, tapi yang ini merupakan sebuah bangunan taman dengan beberapa bangunan yang tertata di tengah-tengah nya, memang ada lapangan rumputnya tapi tidak seluas dan tidak selapang alun-alun daerah lain, yang menjadi daya tarik utama menurut saya dari tempat ini adalah adanya bangunan patung atau monumen sepasang manusia, dan sayapun bertanya siapa mereka ini apakah pahlawan perjuangan atau siapa? setelah saya mencari informasi lewat internet ternyata mereka adalah Mak Eroh dan Abdul Rozak, mereka bukan pahlawan kemerdekaan tetapi mereka adalah pahlawan lingkungan. Mak Eroh merupakan seorang petani yang berumur 51 tahun dan berhasil membuat irigasi di gunung cadas selama 45 hari hanya dengan alat belincong dan cangkul dan dari usaha kerasnya akhirnya lahan pertanian sawah disekitar situ mendapat pasokan air dan bahkan atas usahanya sawah pertanian semakin produktif bahkan sampai bisa panen tiga kali dalam setahun, benar-benar usaha yang luar biasa. Sedangkan Abdul Rozak berusia 51 tahun juga merupakan tokoh yang berhasil membuat terowongan disebuah bukit untuk mengalirkan air ke sawah warga dengan dana sendiri dan dibantu sedikit dari masyarakat sekitar, sampai-sampai istrinya minta cerai lho karena harta warisannya habis buat membangun terowongan tersebut, atas usahanya Mak Eroh dan Abdul Rozak dihadiahi penghargaan Kalpataru dari Presiden Soeharto Tahun 1987. Ternyata pahlawan itu gak cuma yang berperang di medan laga ya Sob asalkan bermanfaat untuk banyak orang bisa saja kita semua dianggap pahlawan. 

 

Setelah alun-alun saya melanjutkan perjalanan menuju taman berikutnya yaitu Taman Kota Tasikmalaya, taman ini terletak berseberangan dengan Masjid Agung dan tidak jauh dari alun-alun kota, tamannya sendiri di hiasai dengan bangunan-bangunan fungsional untuk aktivitas masyarakat dengan warna yang menarik, makin sore taman ini makin ramai dikunjungi oleh masyarakat karena katanya hiburan utama di taman ini adalah adanya air mancur menari yang diterangi lampu berwarna-warni dengan diiringi oleh shalawat, cuma sayangnya saya belum bisa menikmati suguhan unik tersebut karena mungkin sementara ditiadakan khawatir menyebarnya virus covid-19 karena hiburan ini menyebabkan kerumunan, tapi semoga daya tarik taman ini bisa dinikmati nanti setelah pandemi berakhir. 

Venue air mancur menari
 

Tempat terakhir di hari ini yang saya kunjungi sudah pasti Masjid Agung nya, Masjid Agung Tasik berdiri megah di tengah kota dengan bangunan yang cantik dan syarat makna, masjid ini merupakan saksi bisu tumbuh dan berkembangnya Tasikmalaya karena memang bangunan ini sudah ada dari Tahun 1888 dengan  digagasi pembangunannya oleh Bupati Sumedang Raden Tumenggung Aria Surya, Masjid ini memiliki luas sekitar 2.456 M persegi dengan luas lahan keseluruhan 7.125 M persegi, selain indah karena dilengkapi juga taman-taman disekitar masjid, bangunan masjid ini juga penuh makna, misalkan saja tiga buah atap masjid melambangkan tingkat kesempurnaan seorang muslim yaitu iman, islam dan ikhsan, begitu pula sudut bangunan lainnya, pokoknya masjidnya indah deh dan bisa dijadikan destinasi wisata wajib ketika sobat semua berkunjung ke Kota Tasikmalaya. 

Hari terakhir adalah hari berakhirnya kunjungan saya ke daerah Tasikmalaya, setelah berkemas, berpamitan dan sarapan bersama Arid dengan menu yang nikmat yaitu Lengko Ayam, saya memacu motor bukan kearah jalur pulang tetapi kejalur menuju Jembatan Cirahong, masih penasaran saya dengan tempat ini, penasaran akan keindahannya dan penasaran akan keunikannya, gak jauh cuma sekitar tiga puluh menit ke arah Ciamis. Sesampainya dilokasi saya terpana ternyata tempat ini memang unik, jembatan yang menghubungkan Tasikmalaya dengan Ciamis ini memiliki dua fungsi yang masih dipergunakan dengan baik, fungsi yang pertama adalah jembatan untuk perlintasan kendaraan roda dua dan empat, jalurnya sendiri lumayan sempit saking sempitnya kami harus bergantian melewati jembatan ini, ditambah lagi alas jembatan yang menurut saya cukup mengkhawatirkan karena hanya dialasi kayu yang terkadang disela-selanya permukaan sungai di bawah jembatan yang cukup tinggi, wah..ngeri juga khawatir kayunya hancur, tapi penjaga jembatan bilang bahwa kayunya masih kuat dan masih aman walaupun jembatan ini dibangun oleh Belanda dan menjadi satu-satunya bangunan peninggalan Belanda di Ciamis. Fungsi yang kedua yaitu sebagai jalur kereta api di bagian atas jembatannya, jadi ketika kereta api melintas diatas jembatan kami para pengemudi kendaraan bermotor yang melintas dibagian bawah jembatan harus menunggu sampai kereta api lewat sebagai alasan keamanan. Sebenarnya adalagi fungsi ketiga dari tempat ini yaitu jadi tempat selfie anak-anak kekinian untuk feed sosial medianya, itu terbukti kalau sobat mencari foto jembatan ini di google pasti kalian bakal nemuin beberapa foto selfie di tempat ini, bahkan saking banyaknya orang yang berselfie ria disini, sang penjaga jembatan bahkan dengan ramah menawarkan kepada saya buat bantu untuk di fotokan, hehehe...memang kalo unik pasti jadi tempat selfie manarik. 


 

Lengko Ayam

Setelah berkunjung ke Jembatan Cirahong motor akhirya saya arahkan ke jalan yang benar untuk pulang walaupun beberapa kali sempat berhenti karena tertarik untuk mengambil foto bangunan Masjid di sepanjang perjalanan ya.. sekedar menambah koleksi foto bagus dan referensi cerita, walaupun aktifitas itu kadang bikin waktu perjalanan saya makin panjang tapi gak peduli lah, terasa kurang waktu main soalnya, dan memang karena Tasikmalaya sudah memberikan pengalaman menyenangkan buat saya dan mungkin salah satu yang gak pernah saya lupakan, walaupun drone hilang dan masih banyak tempat yang belum saya kunjungi tapi sepertinya kunjungan kali ini sudah sangat memuaskan dan memang tepat menjadikan Tasikmalaya jadi destinasi wisata pengisi waktu libur saya. 

Masjid Agung Manonjaya Tasikmalaya

Sisi jalan daerah Garut
 
Terowongan Nagrek

 
Kampus Tercinta

Sampai jumpa Tasik, terimakasih buat semua teman-teman saya yang selalu saya repotkan selama di Tasik dan semoga di tahun depan saya bisa berkunjung kembali dan mengexplore tempat ini lebih baik. 

Bonus video bikinan Arid dkk : 



   

Komentar

  1. Jadi...akhir tahun mau mbolang ke Tasik lagi ga Kang? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kayanya, mumpung Arid udah pindah ke tasik 😆

      Hapus
    2. Wah beneran pindah kang Ariednya? kehilangan temen ngebolang dong :D

      Hapus
    3. Jd udah diurus sampe ke Kemendagri, ya begitulah mba

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer