My Running Journey 2023 Part 1
Olahraga lari sepertinya beberapa tahun ini sedang hype-hype nya, bahkan kalau saya lihat banyak teman-teman saya yang semakin kesini menggeluti olahraga yang kata orang jadi olahraga yang paling murah ini.
olahraga lari bagi saya bukan aktivitas baru, lari sudah saya geluti sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Popda pernah saya ikuti di cabang lari 1500 Meter, bahkan ketika saya tes kuliah pun nilai terbaik saya diperoleh dari lari dua belas menit.
Tiga Belas tahun kurang lebih saya ternyata melupakan olahraga ini, alasannya klasik, kesibukan kerja jadi faktor utama, tetapi beberapa tahun belakangan ini rasanya saya ingin memulai lagi aktivitas ini, walaupun saya lakukan hanya di hari Minggu dengan menempuh jarak 1-2 Km dengan waktu yang sangat lambat.
Semakin hari semakin saya menikmati kembali memori yang hilang dari olahraga ini, dan sampai disuatu masa sepertinya saya harus menggeluti olahraga ini dengan serius dengan berlatih lebih keras dan mulai mengikuti race offline di seluruh Indonesia.
Dan melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman saya dalam mengikuti ajang lomba lari offline mulai dari jarak 5 Km, sampai Half Marathon 21 Km, mulai dari race yang biasa sampai race yang cukup bergengsi, walaupun ada beberapa race bergengsi seperti Pocari Sweat marathon, Maybank Marathon, Jakarta Marathon gak saya ikuti karena masalah pendaftaran dan finansial khususnya. Karena lomba yang saya ikuti di Tahun 2023 cukup banyak, maka tulisannya pun akan saya bagi beberapa part, biar sobat yang baca gak bosen.
Cerita ini dimulai dari race lari offline saya di jarak 5 Km yang berlokasi di Kampus Multimedia Nusantara BSD, lomba yang jauh dari kata profesional dan dengan latihan yang juga jauh dari kata cukup. Lima kilometer yang paling menyiksa buat saya yang masih memiliki bobot tubuh 84 kg, dengan waktu mulai start sangat terlambat sekitar 15 menit, saya gak tau sebenarnya kalau lomba lari offline adalah lomba lari yang paling tepat waktu, karena biasanya saya agak sanksi kalau lomba akan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang sudah dijadwalkan, mungkin ini kebiasaan buruk kegiatan di kantor. Lomba nya sendiri sangat baik, dengan sterilisasi dan marshal yang cukup, ditambah waterstation juga tersedia sesuai dengan perencanaannya, walaupun saya masih gak tau apa itu steril, marshal, nomor BIB, water station dan istilah lari lainnya, apalagi tentang pace, heart rate dan Cut Of Time (COT), pokoknya gak tau sama sekali. No wonder lomba ini saya selesaikan diatas satu jam tiga puluh menit, yup diatas waktu yang sudah ditentukan (COT) kalau sekarang dirata-rata pace nya sekitar 9 lah, permulaan yang buruk, saking buruknya medali finisher aja gak saya dapet, tapi kok ya happy, malah lomba ini jadi pemantik buat saya ikut lagi lomba berikutnya dan mencoba jarak yang lebih panjang lagi.
Lomba offline kedua saya lakukan di Kota Jogja dengan tajuk Malioboro Run, lomba lari yang cukup besar karena dilaksanakan di titik paling ikonik Kota Jogja Malioboro dengan melewati beberapa titik menarik di Kota Tersebut seperti Keraton, Pasar Ngasem, Taman Sari, Alun-alun Lor dan Kidul, Tugu Golong Gilig serta Stasiun Tugu. Buat race kali ini saya niatkan untuk berlatih lebih berat, karena lomba ini memiliki jarak tempuh 10 Km, walaupun saya pernah ikut di race 10 Km sebelumnya tapi tubuh saya masih jauh dari cukup untuk siap ikut event tersebut, semua evaluasi saya lakukan, mulai dari menurunkan bobot tubuh dari 84 Km menjadi 80 Km dengan diet ketat intermitten fasting dan latihan lari yang semakin panjang sampai 10 Km. Malioboro Run saya rasakan begitu menyenangkan, track selama lomba sangat baik, ini ditandai dengan jalan yang steril, waterstation yang sangat menyenangkan dengan dua jenis sajian minum mulai dari air mineral dan isotonik, pas sesuai dengan standar lomba lari, marshal yang banyak dan yang paling beda adalah cheering point yang meriah, cheering point merupakan hiburan yang diberikan panitia sepanjang perhelatan lomba lari, cheering point nya sendiri terdiri dari hiburan tari-tarian dari masyarakat sekitar ditambah dengan yel-yel semangat, semakin menyenangkan karena mereka juga dilengkapi dengan costum-costum menarik, tapi yang paling penting dari lomba lari ini adalah saya bisa menorehkan waktu terbaik saya di 1 Jam 6 menit, waktu finish diatas ekspektasi saya selama latihan.
Jabar Run 10K jadi lomba offline ketiga saya, lomba ini dilaksanakan di Kebun Raya Bogor, lomba ini sepertinya wajib saya ikuti buat menambah pengalaman lari saya karena lomba ini digadang-gadang akan diikuti oleh para pelari Nasional Indonesia, sebut saja Agus Prayogo, Martin Simbolon, Robi Syianturi dan di bagian wanita ada Triyanisngsih, Pretty Sihite, dan Odekta Naibaho. Tepat banget saya pilih buat menambah pengalaman saya, apalagi punya kebanggaan tersendiri bisa berlomba bersama mereka, lomba lari ini cukup eksentrik, karena pengambilan racepack nya di Gedung Walikota Bogor yang memang terkenal hobby akan lari, jadi terkesan berkelas dan klasik so..cool, selanjutnya lomba ini memiliki garis start dan finish di dalam Kebun Raya Bogor sudah pasti perasaan pertama yang dirasakan adalah kesegarannya, ditambah jalur yang steril membuat lomba ini layak saya sebut jadi lomba tersteril di Indonesia, kalau soal cheering gak usah ditanya lagi, so pasti meriah, apalagi water stationnya, dan semua itu benar-benar mengukuhkan status kalau Kota Bogor adalah Kota nya Pelari. Dengan latihan dan semua fasilitas itu akhirnya saya bisa menorehkan waktu finish yang cukup baik yaitu di waktu 54 menit 5 detik dengan bobot tubuh waktu itu sebesar 73 Kg.
Part satu saya sajikan story untuk tiga lomba dulu ya, sisanya saya tulis di part dua, dan part tiga, ceritanya makin menarik dan review nya makin ok lho, semoga nanti teman-teman bisa lebih banyak tau lagi tentang lomba lomba lari di Indonesia dan harapannya sih biar olahraga ini makin banyak penggemarnya, nanti juga di part 2 bakal saya ceritain lomba lari jalan raya paling indah di Indonesia, so stay with me ya man teman.
Komentar
Posting Komentar