ONE DAY TRIP KABUPATEN LEBAK BANTEN

Chapter 1 : Penentuan Awal

        Jumat pagi buat saya adalah hari yang sangat-sangat membuat tegang, tegang karena besok udah liburan dan mempersiapkan ittenerary, atau tegang karena kesibukan di kantor yang kadang diluar prediksi, tapi apapun itu libur pasti akan terjadi, jadi penentuan awal mau kemana harus tetap ditentukan.
        Beberapa pesan whatsup saya terima semua isinya nawarin liburan bareng dengan beberapa kegiatan, ada yang bersepeda di tengah hutan bahkan ada yang nawarin nginep di puncak terbaik di wilayah Anyer, wow..itu perlu dipertimbangkan, tapi entah kenapa hati ini koq sepertinya kuat buat ngelakuin solo turing ketempat yang belum pernah saya datangi. Mungkin karena dipengaruhi tekanan pekerjaan jadi saya minimalisir ketemu dengan teman-teman yang sejenis, atau karena pengaruh film "Into The Wild" yang pernah saya tonton beberapa minggu kebelakang, tapi fix solo touring jadi pilihan utama yang bakal saya lakukan di weekend ini.
        Kira-kira kemana ya tempat yang paling asik buat saya datangi, oh...saya ingat Lebak banten punya salah satu destinasi Negeri diatas Awan Citorek yang belum pernah saya sambangi, sempet viral beberapa bulan yang lalu membuat ini jadi destinasi yang perlu untuk dicoba.
Negeri diatas awan adalah salah satu destinasi wisata andalan Kab. Lebak, terletak di Desa Citorek Kidul yang masih satu lokasi dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, atraksi ditempat ini adalah kita bisa menikmati Desa Citorek Kidul dari ketinggian dengan dihiasi awan dan kabut, jadi seakan-akan kita berada di "Negeri Diatas Awan". kalau sobat pernah ke Dieng dengan Sikunirnya, Banyuwangi dengan Ijen nya, dan Bandung dengan Puncak Bintang Moko nya, ya mirip-mirip begitulah (menurut foto dan review yg saya baca). 


Chapter 2 : Perjalanan

        Sudah kebiasaan saya jika ingin bepergian ke semua tempat gak pas rasanya kalo kita kurang informasi tentang tempat itu, biasanya GPS jadi andalan utama pemberi informasi, "fix cuma tiga jam" bukan toring yang panjang saya kira, bahkan saya bisa pergi-pulang kalau cuma segitu, maklum karena sudah pernah ke Kota Solo pake motor sendirian, apalagi Jogja, Kota yang sering saya sambangi sendirian dengan motor.
        Rute sudah dapat, cus kita berangkat dari Kota Serang pukul 5 pagi, karena menurut beberapa review awan disana bisa kita nikmati pagi hari saja, tapi ya kali..libur-libur gini berangkat dini hari atau pake nginep segala, mana bisa...kerjaan gak megijinkan pastinya, tapi berdasarkan pengalaman puncak Sikunir Dieng malah di pukul 8 pagi kita baru bisa menikmati awan-awan itu jadi ya berharap saja.
        Rute Lebak-Cipanas sudah saya lewati, masuk ke rute kedua Cipanas-Citorek, jalanan longsor jadi pemandangan awal disaat saya melewati rute itu, hancur dan gak berbentuk, jadi harus extra hati-hati lewat jalur ini, yang paling parah adalah jembatan besar yang seharusnya berdiri tegak menemani para penyeberang putus, wah..."ini mau lanjut atau pulang lagi" tapi masa begitu aja balik, malu ah sama gelar traveler garis keras yang udah kadong di sematkan teman-teman saya.
        Bantuan masyarakat sangat berarti disaat-saat begini, benar saja, ternyata di lokasi sudah banyak masyarakat menawarkan bantuannya untuk membatu membawakan motor kita melewati jalan yang mungkin kita gak tau, ta udah lah lagian cukup dengan sepuluh ribu imbalan yang saya berikan dan mereka sudah senang.
        Jembatan putus sudah saya lewati kurang dari satu jam kita sudah sampai dilokasi dengan papan informasi bertuliskan wisata negeri diatas awan citorek. sip, ternyata gak terlalu jauh juga ya "pikir saya" tapi masih lebih jauh dan sulit dibanding dengan lokasi wisata ketinggian di Kota Serang dan Kota Cilegon yang pernah saya sambangi (baca : tulisan wisata ketinggian di Kota Serang dan Cilegon). jangan khawatir dengan akses jalan setelah jembatan putus tersebut, karena setelah itu kita di suguhkan jalan yang mulus dan beton yang cukup baru, buat sobat yang suka ngebut silakan tambahin betotan gasnya, tapi selalu hati-hati ya.

Jalan Longsor Cipanas-Citorek

Jembatan Putus Cipanas-Citorek


Chapter 3 : Selamat Datang Negeri di atas Awan Citorek

        Atraksi utama di tempat ini adalah kita bisa menikmati Desa Citorek dari ketinggian dengan ditemani kabut sehingga membuat sensasi kita sedang berada diatas awan, memang indah tempat nya ditambah suasana sejuk selalu menemani kita ketika berada disini. 
        Ada beberapa spot terbaik di tempat ini, yang pertama adalah spot ketinggian diatas bukit, sebuah taman dan titik selfie dibuat di spot ini, dari titik ini kita bisa menikmati tempat ini lebih leluasa, cuma ada harga yang harus kita bayar yaitu Rp. 5000,-, masih tergolong murah lah untuk memaksimalkan hasrat selfie yang makin memuncak di tempat ini.
        Jika sobat merasa Rp.5000,- masih berat, di pinggir jalan raya juga sudah cukup memuaskan, bahkan saya lihat banyak kelompok touring berpose di tempat ini, karena memang backgroundnya juga sudah sangat ciamik.
        Fasilitas yang cukup baik juga sudah disiapkan di tempat ini, diantaranya adalah tempat parkir motor dan mobil dengan biaya Rp. 2000,- (untuk motor), warung makan, toilet, tempat penginapan, bahkan tempat camping sudah tersedia, jadi buat sobat yang senang dengan sunrise dimungkinkan untuk menginap dulu di tempat ini.


Pemandangan negeri diatas awan

Pemandangan Negeri diatas awan

Pemandangan negeri diatas awan

Berdua lebih indah

Parkir dan toilet

Gerbang parkir dan wisata

Loket untuk spot terbaik

Jalan mulus

Warung makan


Chapter 4 : Touring nya kurang jauh

        Tiga jam jarak tempuh dari rumah ternyata masih kurang, kemana lagi ya kira-kira, rasa penasaran bikin saya membuka obrolan dengan penduduk sekitar, kira-kira kalau pulang ke arah yang berlawanan dari kita datang apa bisa?? karena saya liat jalan beton masih membentang dari tempat wisata ini entah kemana. dari informasi yang saya dapat bahwa jalan itu bisa dilewati dan bisa tembus ke daerah Bayah, wah...kesempatan bagus ini buat ngabisin waktu libur dengan solo touring, dan akhirnya jalan itu dipilih buat saya tempuh, walaupun saya belum tau butuh waktu berapa lama perjalannya.
        Banyak yang menarik perhatian ketika saya menempuh jalan ini, dari beberapa hal yang paling menarik buat saya adalah banyaknya air yang megalir dari tebing-tebing tinggi seperti air terjun dan beberapa saluran air alami mengalirkan air jernihnya ke tempat yang lebih rendah "wah luar biasa" saya pikir, memang saya sering berpendapat bahwa "kita gak pernah tau apa yang bakal kita temukan dari sebuah perjalanan solo touring" bahkan dibeberapa titik saya sempet mengisi air minum saya yang habis dengan air dari tempat ini, "wahh...seger" kapan lagi bisa touring disediain air gratis dari mata air "ucap saya".
        Jalan beton berangsur-berangsur hilang berganti dengan jalan batu dan jalan tanah, walaupun sulit lagi-lagi Taman Nasional Gunung Halimun Salak gak pernah bikin kecewa, makin jauh makin banyak kita temukan air terjun mini yang kita temui, menggugah saya berhenti untuk sekedar mengambil air atau mengambil gambar buat saya ceritakan di blog ini.
        Tiga kampung sudah saya lewati dengan jalur berbatu berganti tanah, akhirnya jalan utama pun terlihat dan saya terkejut bercampur gembira, terkejut karena ketika saya mengetahui jalur itu tembus sampai daerah Bayah berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, dan gembira karena saya tau jalur yang akan saya tempuh untuk kembali pulang makin jauh.
        Sebagai informasi bahwa jalur tersebut lumayan berdekatan dengan beberapa wisata andaln di Kabupaten Lebak, sebut saja Pantai Sawarna dan Pantai Bagedur, tapi karena sawarna sudah pernah saya sambangi dan ambil gambar aerialnya, jadi Bagedur yang menjadi destinasi selanjutnya sekalian pulang.

                                                                Aliran air di pinggir jalan

Jalan Tanah dan Berbatu

Isi air minum dulu

Air terjun mini pinggir jalan

Air terjun mini lagi


Chapter 5 : Pantai Bagedur

        Pantai Bagedur yang berlokasi di Malingping Kabupaten Lebak ini masih menjadi pantai favorit disini, selain Sawarna, saking favoritnya tempat ini pernah saya dengar disamakan dengan pantai di Bali, tapi menurut saya lebih cocok di samakan dengan Pantai Parangtritis Jogja. karena menurut saya kedua pantai ini memiliki geografis yang sama, punya pantai yang luas dan tidak berkarang, ombak yang cukup lumayan dan warna pasir pantai yang hampir mirip, walaupun Parangtritis lebih baik dari pengelolaan dan penyediaan sarana pendukungnya.
        Tiket Masuk Rp. 5000,- untuk motor lumayan masih lumayan murah tapi kalau sobat mau menaruh motor di tempat parkir yang disediakan masyarakat maka sobat perlu tambahn Rp. 5000,- lagi, walaupun sobat bisa saja menaruh motor di pinggir pantainya biar gratis, karena pantai ini memiliki garis pantai yang luas dan cukup lebar, jadi jangankan motor, mobil saja bisa kita parkirkan di pantainya.
        Atraksi utama di tempat ini hanya bermain air dan ombak, belum banyak aktivitas tambahan di tempat ini walaupun ketika saya datangi air pantainya tidak sebaik di Sawarna, karena airnya berwarna coklat, dan berbuih, mungkin juga saya datang disaat yang kurang tepat, karena saya sadar wisata alam kadang butuh waktu terbaik untuk kita datangi dan menunjukan keindahannya.

Gerbang Pantai Bagedur

Gerbang dalam Bagedur

Pantai Bagedur

Mirip Parangtritis

Airnya berwarna dan meninggalkan buih


Chapter 6 : Pulang dan segelas kopi

        Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, saya rasa cukup untuk perjalanan hari ini, tapi belum lengkap sepetinya jika tidak ditutup dengan mampir ke kedai kopi "Lain Hati" di Lebak, kedai yang dimiliki salah satu sahabat saya ini memang searah dengan jalan saya pulang, disamping itu saya juga sudah janji kalau ke Lebak akan berkunjung kesini, segelas kopi susu hangat membuat perjalanan 10 jam touring ini jadi makin semangat, saya pikir "masih bisa nih lanjut ke Bandung" tapi kegiatan yang menyenangkan itu jangan langsung dihabiskan karena kalau dihabiskan akhirnya tidak ada yang bikin penasaran lagi, jadi saya putuskan energi secangkir kopi ini mending saya pakai untuk pulang dan sisanya membuat rencana perjalanan di weekend berikutnya, karena saya hanya seorang  pejuang weekend yang berusaha menikmati sebuah perjalanan dari dua hari libur. 

 
Haturnuhun kopinya Pa Ajis

        Sampai berjumpa lagi di cerita weekend lainnya, untuk Sawarna dan pantai indah lainnya di Lebak di blog berikutnya ya.

"Nikmati hari liburmu dengan kegiatan apapun yang sobat sukai dan berceritalah"







Komentar

Postingan Populer