SAWARNA, PANTAI INDAH BIRU NAN MEMPESONA
Kalau sudah masuk hari Jumat, apa kira-kira kegiatan yang dilakukan di sela-sela pekerjaan? Kalau saya sudah pasti bikin perencanaan liburan weekend, banyaknya wisata menarik nan cantik di Indonesia ini bikin 50 tahun kalau kita keliling pun belum tentu bisa terselesaikan, tapi ya kali saya bisa kelilingi semua walaupun itu masih jadi bucket list saya yang belum dicoret sampai saat ini, ditambah nasib saya sebagai pejuang weekend (libur kalau pas weekend) tapi apapun itu semangat saya sih pada dasarnya pingin mengajak sobat-sobat weekend peduli sama waktu liburnya, makanya kadang saya tulis pesan terakhir di blog saya "nikmati waktu liburmu dengan apapun yang sobat sukai dan berceritalah".
Chapter 1 : Sebuah Itinerary
Ini yang pasti saya fikirkan ketika Jumat datang, menentukan sebuah itinerary, kadang itinerary datang dari sebuah ajakan sobat, atau kebanyakan memang saya tentuin sendiri, dulu kegiatan yang saya lakukan ini agak aneh di pandang teman-teman saya dikantor, tapi semenjak sosial media menyerang, waktu weekend saya pasti penuh dengan membaca timeline sosial media yang isinya dominasi cerita weekend teman-teman kantor semua, hehe...ternyata kegilaan itu bisa menyebar ya 😁.
Ok Ok..sip akhirnya pantai jadi pilihan saya menghabiskan waktu libur, dan Sawarna dipilih karena masih menjadi favorit, menurut saya disitulah salah satu pantai terbaik yang Provinsi Banten punya, kenapa terbaik?? ya karena akses yang tergolong mudah, gak usah pake nyeberang pulau segala, dan sudah menyediakan akomodasi yang cukup baik, disamping pantai yang masih bersih, alami dan memiliki warna biru yang mempesona.
Memang bukan kali pertama saya kesini, tapi pesona Sawarna membuat saya bisa kembali dan tidak bosan walaupun hanya sekedar menikmati deburan ombaknya yang dikenal cukup besar, mengingat ini di pantai Selatan Banten, tapi saya pikir kenapa cuma Sawarna yang jadi objek ceritanya, padahal sepanjang jalan menuju Sawarna di hiasi dengan pantai-pantai yang gak kalah indahnya. Touring motor masih menjadi sarana utama saya menuju kesana, karena mengingat masih banyaknya tempat wisata yang belum bisa dilalui oleh kendaraan roda empat dan penggunaan motor juga bertujuan agar saya bisa berhenti dimana saja ketika melewati tempat yang saya pikir istimewa.
Chapter 2 : Memulai Perjalanan
Dua jam lebih motor saya tunggangi melewati daerah Lebak Banten, melalui Gunung Kencana dan Bayah, kontur jalan menurun dan menanjak membuat saya terbantu dari serangan kantuk, pemandangan sekitar didominasi perkebunan, pesawahan dan sungai, mulai dari perkebunan sawit, karet, dan sungai yang menurut saya lumayan bersih airnya dibandingkan sungai yang saya temui setiap hari di kota.
Pemandangan pantai akhirnya bisa saya nikmati ketika masuk wilayah Bayah Malingping, disini mulai terlihat garis pantai yang cukup panjang dengan pasir putih, air yang biru dan dihiasi uniknya karang yang menjulang disepanjang pantai dan selalu dihantam ombak, pemandangan itu membuat saya tak rugi menghentikan motor sejenak, mengambil gambar dan menikmati suasana yang tiada duanya itu.
Sampailah saya di persimpangan jalan antara Sawarna dan Pelabuhan Ratu, jadi jangan salah ya sob, patokannya Pantai Karang Taraje deh, beberapa menit dari situ sudah keliatan simpangan jalannya, jalan aspal berganti dengan jalan berkerikil, gak begitu panjang paling 200 meteran, kemudian berganti kembali dengan jalan aspal yang sangat baik, selama perjalanan kita disuguhkan dengan pemandangan perkebunan dan pantai yang bisa kita nikmati dari ketinggian, karena memang jalanan di fase ini mayoritas menanjak dan menurun tajam, jadi hati-hati ya sob, tetep konsentrasi dan kalau ada tempat bagus jangan lupa foto-fotonya sebagai bekal cerita nanti.
Salah satu pantai yang menarik perhatian saya di titik ini adalah pantai Pulau Manuk Bayah, pantainya sih sama seperti pantai di wilayah ini tapi yang spesial adalah adanya bongkahan karang besar di tengah laut yang bisa lewati ketika pantai surut, walaupun besarnya karang saat ini koq agak mengecil ya dibanding waktu itu, mungkin abrasi yang menyebabkannya "pikir saya" tapi tetep tempat ini masih memberikan kilasan memori buat saya, karena saat saya kesini Tahun 2000 pas ketika saya duduk di kelas 2 SMA (tua ya) 😁
Pantai Pulo Manuk, Bayah |
Chapter 3 : Menikmati Sawarna
Gerbang lokasi Pantai Sawarna menyambut kedatangan saya di tempat ini, perhatikan petunjuk jalan ke pantai ini karena pantai yang akan kita kunjungi tidak tepat di pinggir jalan, bahkan pantai ini hanya bisa diakses melalui jembatan kecil dan itupun hanya cukup untuk kendaraan roda dua, tapi buat sobat yang punya mobil gak usah khawatir ya, karena parkiran tempat ini tergolong luas dan aman, sobat bisa menikmati pantainya dengan fasilitas ojek atau buat yang senang jalan kaki, kenapa enggak di lakukan toh jaraknya gak lumayan jauh koq.
Uang Rp. 5000,- saya keluarkan sebagai mahar masuk tempat ini, susuri jembatan dan jalan trotoar akhirnya pantai berpasir putih dan laut biru terlihat, suguhan pertama yang kita lihat disepanjang jalan adalah banyaknya warung tempat sobat bisa membeli makan dan oleh-oleh, beragam nama penginapan pun kita bisa lihat dan pesan kalau kita memang ingin bermalam di pantai nan cantik ini. Penataan kios-kios penjaja makanan pun sudah dilakukan oleh Pemerintah setempat, cantik, indah, rapi dan bersih kesan yang saya tangkap pertama, beda banget dengan jaman dulu "saya pikir".
Motor kita bisa kita hentikan di beberapa titik pantai disana, tapi titik favorit tetap dimiliki oleh "the one and only" Batu Layar, Batu Layar adalah dua buah batu karang yang berdiri tegak di pantai ini dengan bentuk seperti layar, pipih dan tidak seperti karang pada umumnya, tak ayal titik ini jadi tempat yang wajib dikunjungi dan wajib diabadikan kenangannya lewat foto ketika kita kesini, "belum ke Sawarna kalau kita belum ke Batu Layar" titik selfie pun telah tersedia disini, landmark tulisan Tanjung Layar dengan background Batu Layar membuat titik ini ramai dikunjungi dan bahkan di waktu liburan tertentu terjadi antrian foto disini, jadi buat sobat semua yang gila selfie jangan lama-lama ya, apalagi kalau banyak yang antri.
Sawarna buat saya masih menjadi tempat yang sangat menarik dan direkomendasikan buat sobat semua sambangi jika ke Lebak Banten, tapi saya juga berharap buat masyarakat dan pengelola wisata disana tolong jangan perbanyak titik selfie alay dan receh, karena menurut saya fasilitas alay tersebut ibarat make up yang terlalu berlebihan buat seorang wanita yang sudah cantik dari lahir, jadi tambahan make up itu malah membuat kecantikannya pudar dan kurang alami, jadi kalau mau fokus membangun tolong lebih diarahkan ke sarana prasarana penunjang saja ya.
Penataan fasilitas kios |
Landmark Tanjung Layar |
Batu Layar |
Batu Layar |
Chapter 4 : Waktunya kembali
Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, sudah waktunya pulang kalau gak mau kemalaman, karena mengingat jalan di Banten Selatan ini masih tergolong sepi dan kurang fasilitas penerangan, memang menginap semalam paling direkomendasikan untuk menikmati tempat ini, karena suasana pantai bisa berbeda di waktu pagi dan siang.
Jalan yang sama saya lalui untuk menuju kembali ke rumah, dan kenangan indah akan Sawarna saya rasa masih akan bertahan lama di pikiran saya, sekali lagi benar-benar saya rekomendasikan tempat ini untuk sobat sambangi sendiri, bersama sahabat dan keluarga.
Jumpa kembali dengan cerita-cerita kunjungan-kunjungan ke tempat wisata lainnya dan jangan lupa juga nikmati suguhan konten foto dan video menarik tentang indahnya Indonesia di Instagram saya, dan terakhir "Nikmati waktu liburmu dengan apapun yang sobat sukai dan berceritalah" karena "Selalu Istimewa di Indonesia".
Komentar
Posting Komentar